Pasca-Aksi Siswa SMAN 3 dan Sanksi Diknas

MALANG - Gejolak di civitas akademika SMAN 3 Malang agaknya akan terus berlanjut. Setelah gejolak para siswa reda usai aksi Rabu (20/5) kemarin, giliran para guru SMA favorit di Kota Malang itu. Sejumlah guru mengaku semakin tidak nyaman menyusul sanksi Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Malang pada tiga guru yang membidani RSBI di sekolah tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya, buntut aksi demo seluruh siswa kelas X dan XI Rabu pukul 08.00-13.00 kemarin, tiga guru dikenai skorsing. Ketiganya adalah Abdul Teddy, guru biologi yang juga ketua program rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) SMAN 3; Suyati, guru Bahasa Indonesia yang juga menjabat bendahara program RSBI; dan Kukuh Retno, guru matematika. Tidak jelas apa kesalahan tiga guru itu sehingga mereka harus mendapat sanksi dari diknas. Inilah yang membuat para guru semakin tidak tenang.

Beberapa guru yang diwawancarai Radar mengaku kasihan dengan tiga guru itu. Alasannya, ketiga guru itulah yang berjuang sejak lama mewujudkan SMAN 3 menjadi RSBI hingga berhasil. Mereka juga memiliki kualitas yang baik. "Tapi kenapa kok malah mereka itu yang dibina diknas," ujar seorang guru SMAN 3 keheranan.

Padahal, lanjut guru itu, semua guru mengetahui apa dan siapa sesungguhnya yang menyebabkan SMAN 3 bergejolak seperti ini. Yaitu, proses pergantian kepala sekolah yang melanggar aturan. Guru yang minta namanya tidak dikorankan ini mengatakan, dalam aturan sudah dijelaskan bahwa kepala sekolah yang boleh memimpin sekolah RSBI adalah yang telah berpengalaman minimal lima tahun. Itu artinya, mereka yang punya kapasitas dan kapabilitas mempuni. Baik dari segi leadership maupun manajerial. "Tapi yang sekarang terjadi kan tidak, jadi sebenarnya sudah jelas kok masalahnya," ujarnya.

Namun, yang mengherankan para guru, justru guru-guru yang tidak bersalah itu yang ''dibina'' diknas, bukan kepala sekolahnya yang diangkat dengan tidak memenuhi aturan. Sebenarnya, kata sjeumlah guru, kondisi SMAN 3 tiga bisa kondusif lagi jika penyebab gejolak itu yang dibina. Jika kondisi itu tetap dibiarkan seperti ini, maka gejolak di internal sekolah akan terus berlanjut.

Apalagi, menurut informasi yang diperoleh sejumlah guru, sejumlah orang tua siswa SMAN 3 juga tidak terima sekolah itu dibiarkan terus bergejolak. Sehingga, mereka pun akan ikut turun tangan.

Sementara, dari pengamatan Radar saat para siswa melakukan aksi demo, kepala sekolah terlihat tidak mampu mengendalikan keadaan. Para siswa yang menggelar aksi juga tidak menggubris imbauan kepala sekolah untuk kembali ke kelas. Malahan, para siswa banyak yang bertepuk tangan saat kepala sekolah mengatakan kemungkinan tidak lama lagi juga akan dipindah.

Terpisah, Ketua Ikatan Alumni SMAN 3 Kota Malang Teuku Rizal Pahlevi berharap diknas dan wali kota bisa memenuhi janjinya untuk memproses pergantian kepala sekolah SMAN 3 itu. Sebab, salah satu sumber masalah yang ada di SMAN 3 adalah proses pergantian kepala sekolah yang tidak sesuai dengan aturan. Dia khawatir jika hal itu tidak dilakukan, bisa membuat situasi semakin tidak nyaman dan mempengaruhi belajar siswa. "Kami menunggu komitmen pemkot untuk memutasi kepala sekolahnya," kata Rizal kemarin sore. (lid/war)

0 komentar:

Posting Komentar